Selasa, 08 Maret 2011

Wanita Di Mata Dunia


Wanita memiliki arti penting di mata dunia oleh karnanya tanggal 8 Maret ditetapkan sebagai International Day atau tepatnya Hari Perempuan Internasional di seluruh dunia. Tentunya ini merupakan hari yang sangat berharga dan juga bermakna bagi seluruh wanita dimana-mana disamping Hari Ibu. Jadi, mengapa harus ada semacam momen atau pengakuan akan riwayat serta eksistensi kaum hawa? Bukankah Hari Ibu sudah cukup?

Hari Perempuan Internasional untuk periode 2010 difokuskan terhadap isu wanita menjadi korban pemindahan atau penggusuran akibat konflik perang, diskriminasi seksual, kekerasan seksual, serta kemiskinan. Hal ini ditetapkan oleh International Committee of the Red Cross atau Komite Internasional Palang Merah.

Isu-isu tersebut telah mengakibatkan banyaknya wanita—terutama di negara atau daerah yang sedang dilanda perang atau kemiskinan yang hebat, terisolasi dan mengalami beban mental, emosional, finansial, serta fisik. Maka dari itu, Badan Hukum Kemanusiaan Dunia atau International Humanitarian Law menciptakan undang-undang khusus untuk perlindungan korban-korban wanita, contohnya wanita hamil atau wanita yang memiliki anak-anak usia muda.

Bagaimana awal mula hari perempuan internasional dilahirkan, mari kita simak sejarahnya. Pada dasarnya, hari istimewa ini bermula dengan perjuangan para wanita yang terjadi di berbagai negara, dalam hal pertentangan segala macam bentuk penindasan dan pertimpangan hak-hak yang mereka miliki. Pada tanggal 8 Maret tahun 1857 di kota New York, para buruh perempuan dari industri tekstil mengadakan sebuah aksi demonstrasi tuntutan peningkatan upah dan perbaikan kesejahteraan. Disusul dengan munculnya aksi-aksi serupa di negara-negara benua Eropa. Akhirnya aksi-aksi demonstrasi tersebut membuahkan konferensi Internasional yang diadakan di kota Copenhagen pada tahun 1920. Salah satu hasi konferesi tersebut adalah demi menghormati dan menghargai pencapaian perempuan dengan mengadakan sebuah hari peringatan perempuan internasional. Sebelumnya, ada beberapa tanggal lain yang ditunjuk sebagai hari peremupan international. Hingga akhirnya pada periode awal Perang Dunia Pertama, berbagai organisasi perempuan di beberapa negara Eropa melangsukan aksi protes untuk perdamaian yang jatuh pada tanggal 8 Maret 1913. Dari situ disepakati bahwa tanggal 8 Maret sebagai hari perempuan internasional.


Sebagai perempuan Indonesia, otomatis nama-nama yang langsung tersirat di otak saya di hari Perempuan Internasional merupakan tokoh-tokoh atau pejuang wanita Tanah Air. Seperti R.A Kartini yang namanya masih harum sampai sekarang. Beliau merupakan seorang pejuang wanita luar biasa yang berjuang melawan seluruh tradisi feodalisme Jawa kuno dengan mendidik dan membela hak perempuan. Selain itu Dewi Sartika, sama halnya dengan R.A Kartini, wanita asal kota Bandung ini berjuang memberantas kebodohan dengan memberi pendidikan kepada anak-anak yang pada waktu itu tidak mampu bersekolah. Dan siapa tak kenal pahlawan Nasional dan pejuang perang wanita Aceh Cut Nyak Dien, perempuan gigih ini berani berperang dalam melawan penjajahan Belanda. Di era modern, siapa yang tak lupa dengan buruh wanita bernama Marsinah. Pada tahun 1990an almarhumah memimpin aksi protes kenaikan gaji terhadap petinggi perusahaan pabrik tempat dimana ia bekerja sebagai buruh. Sayangnya perjuangan Marsinal diakhiri dengan tragis, Marsinah dibunuh oleh seorang pelaku yang sampai saat ini belum tertangkap. Namun, perjuangan Marsinah membela haknya serta para buruh yang lain, walaupun sudah meninggal menjadikannya seorang pahlawan.


Jika dilihat, sebenarnya banyak tokoh-tokoh wanita Indonesia yang boleh dibilang perjuangannya atau karyanya memberikan insipirasi serta aspirasi kepada kaum hawa maupun Nasional. Contohnya Mooryati Soedibyo dan Martha Tilaar. Kedua pakar kecantikan ini telah dikenal sebagai pelestari jamu dan obat-obat tradisional untuk kesehatan maupun kecantikan. Hasilnya adalah merek kosmetik dan jamu Mustika Ratu dan Sariayu yang meledak sukses di pasaran Indonesia maupun Internasional. Kesuksesan tersebut menandakan, bahwa mereka juga ahli wirausaha. Di bidang sosial, tepatnya membela hak asasi wanita, termasuk Ratna Sarumpaet yang merupakan salah satu advokat di organisasi membela dan membantu korban penganiayaan terhadap TKW bernama Solidaritas Perempuan, dan Debra Yatim, seorang wanita salah satu pengagas Komisi Nasional Perempuan, sebuah prganisasi yang melindungi korban wanita dan anak-anak akibat kekerasan rumah tangga. Di bidang pendidikan, ada pejuang wanita bernama Butet Manurung. Wanita berusia 38 tahun ini selama beberapa tahun belakangan ini berusaha keras demi mendidik anak-anak suku rimba yang berada di daerah hutan pedalaman di Jambi. Didalam dunia sastra, tentu saja ada Ayu Utami. perempuan ini pada tahun 90-an sukses menghebohkan dunia kesastraan Indonesia dengan mengeluarkan novel berjudul “Saman”yang merupakan tonggak kesastraan kontemporer, namun otentik dengan bahasa yang sangat berani dalam menceritakan ranah seksualitas perempuan di Tanah Air. Sebenarnya banyak sekali tokoh-tokoh atau pejuang wanita yang namanya belum terdengar atau bahkan karyanya atau perjuangannya belum dikenal dan diakui. Sayangnya juga, di Indonesia, Hari Perempuan Internasional belum resmi ditetapkan. Akan tetapi, bukan berarti Anda tidak bisa merayakannya dengan perempuan-perempuan terdekat di sekitar Anda. (Inna/berbagaisumber)


sumber : http://www.kabarinews.com
Temukan hadiah spesial lainnya untuk orang-orang terkasih Anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar